Sa’D Bin Abi Waqash, Sobat Nabi Yang Do’Anya Sangat Mustajab
Sunday, 28 January 2018
Add Comment
Namanya ialah Sa`d bin Mâlik bin Uhaib Radhiyallahu anhu, ada yang menyampaikan Ibnu Wuhaib bin Abdu Manâf bin Zahrah bin Kilab al-Qurasyiy az-Zuhri atau Abu Ishak bin Abi Waqas . Ibunya berjulukan Hamzah bintu Sufyan bin Umayyah, anak paman Abu Sufyan bin Harb bin Umayah. Sa’d bin Waqash Radhiyallahu anhu ialah satu di antara Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mempunyai banyak keutamaan, di antaranya ialah termasuk Sahabat yang pertama-tama masuk Islam dan meninggal paling akhir. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperlihatkan rekomendasi kepadanya bahwa ia termasuk jago surga. Maka, tak heran kalau ia termasuk mujâbud da`wah (orang yang di kabulkan doanya).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berdoa.
اللَّهُمَّ اسْتَجِبْ لَهُ إِذَادَعاَك
Ya Yang Mahakuasa Azza wa Jalla kabulkanlah doanya (Sa`d) kalau ia berdoa
Berikut ini ialah kisahnya sebagai sang mujâbud da`wah.
Disebutkan dalam hadits Bukhâri bahwa Jâbir bin `Abdullah bin Samurah Radhiyallahu anhu berkata, “Sebagian penduduk Kufah mengeluhkan Sa`d bin Abi Waqâsh Radhiyallahu anhu kepada Umar bin khaththâb Radhiyallahu anhu . Umar Radhiyallahu anhu pun memberhentikan jabatan Sa’d Radhiyallahu anhu ;dan menentukan Ammâr bin Yâsir Radhiyallahu anhu sebagai penggantinya. Mereka mengeluhkan Sa`d Radhiyallahu anhu alasannya ialah ia tidak anggun dalam shalatnya (dalam riwayat lain mereka mengeluhkan segala sesuatu darinya termasuk shalatnya). Umar Radhiyallahu anhu mengutus seseorang kepadanya, lalu sampailah utusan itu kepada Umar bersama. Sa`d Radhiyallahu anhu menghadap Umar Radhiyallahu anhu . Umar Radhiyallahu anhu berkata kepada Sa`d Radhiyallahu anhu , “Wahai Abu Ishâk (panggilan Sa`d Radhiyallahu anhu ), gotong royong penduduk Kufah menganggap engkau tidak anggun dalam shalatmu.” Sa`d Radhiyallahu anhu menjawab,”Adapun aku, demi Yang Mahakuasa Azza wa Jalla saya shalat dengan mereka, sebagaimana shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan saya tidak pernah menguranginya sedikitpun. Aku mengerjakan shalat Isya`; saya panjangkan pada rakaat awalnya dan saya pendekkan pada rakaat akhirnya.” Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Sudah kami duga wahai Abu Ishâk .” Kemudian Umar Radhiyallahu anhu menyuruhnya kembali bersama seseorang atau beberapa orang lainnya ke Kufah. Utusan bertanya kepada penduduk Kufah perihal Sa`d bin Abi Waqâsh Radhiyallahu anhu . Tidak ada satu masjid pun yang mereka lewati, kecuali niscaya ia bertanya kepada mereka (tentang Sa`d Radhiyallahu anhu).
Mereka memuji perihal kebaikan-kebaikannya Sa’d Radhiyallahu anhu, hingga utusan itu masuk masjid milik Bani Abs. Seseorang yang berjulukan Usâmah bin Qatâdah bangkit dan berkata, “Apabila kalian meminta kami untuk berbicara perihal Sa`d Radhiyallahu anhu, maka gotong royong Sa`d Radhiyallahu anhu tidak pernah ikut dalam sariyah (peperangan yang tidak di ikuti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam), tidak pernah membagi sama rata dan tidak menetapkan aturan dengan adil.” Ketika mendengar info perihal ucapan Usâmah itu, Sa`d Radhiyallahu anhu murka sambil berkata, “Demi Yang Mahakuasa Azza wa Jalla , saya benar-benar berdoa untuk tiga hal ; “Ya Yang Mahakuasa Azza wa Jalla kalau hambamu ini dusta, bangkit alasannya ialah riyâ` atau sum`ah, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan hadapkanlah ia kepada fitnah/cobaan.” Berkaitan dengan ucapan Sa’d Radhiyallahu anhu ini, Abdul Mâlik bin Umair berkata, “Setiap kali ia (Usâmah Bin Qatâdah) ditanya, “Bagaimana keadaanmu?” ia menjawab, “Aku ialah orang bau tanah yang telah terkena terkena doanya Sa`d bin Abi Waqash Radhiyallahu anhu .” `Abdul Mâlik menambahkan, “Setelah itu saya melihatnya buta alasannya ialah tua.
Mâlik mengatakan, “Umar Bin Khaththâb Radhiyallahu anhu melepaskan jabatan Sa`d Radhiyallahu anhu -padahal Sa’d Radhiyallahu anhu ialah orang yang paling adil sehabis Umar Radhiyallahu anhu – yang nampak, Umar Radhiyallahu anhu melepas jabatannya dalam rangka mengantisipasi timbulnya fitnah.[1]
Jadi, bisa difahami bahwa Umar bin Khatthâb Radhiyallahu anhu melepaskan jabatan Sa`d Radhiyallahu anhu bukan alasannya ialah percaya dengan info perihal kekurangan Sa`d Radhiyallahu anhu , tetapi merupakan langkah preventif. Umar bin khaththâb Radhiyallahu anhu berkata, “Aku melepaskan jabatannya bukan alasannya ialah ia tidak bisa atau khianat”.[2]
Dalam kitab al-Mustadrak disebutkan bahwa Qais bin Hâzim berkata,“ Tatkala saya keliling pasar di Madinah, saya hingga di Ahjâr Zait. Aku melihat ada suatu kaum yang berkumpul di hadapan seorang penunggang kuda yang menaiki tunggangannya. Penunggang kuda itu mencela Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu padahal banyak orang di sekelilingnya. Tiba-tiba, datanglah Sa`d bin Abi Waqash Radhiyallahu anhu dan bertanya kepada mereka,“Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Ini, ada seseorang yang mencela Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu .” Lalu Sa`d Radhiyallahu anhu maju ke hadapannya dan berkata, “Hai, atas dasar kau yang mencela Sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu ? Bukanlah ia termasuk orang yang pertama masuk Islam? Bukankah ia orang yang pertama shalat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Bukankah ia orang yang paling zuhud? Bukankah ia orang yang paling alim?” Dia bertanya terus hingga mengatakan, “Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengawinkannya dengan putrinya?” Bukankah ia pembawa panji Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa peperangannya?” Kemudian Sa`d Radhiyallahu anhu menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “Ya Yang Mahakuasa Azza wa Jalla , gotong royong orang ini mencela salah satu walimu, maka janganlah Engkau pisahkan kumpulan orang ini hingga Engkau menampakkan kekuasaan-Mu kepada mereka.” Qais berkata , “Demi Yang Mahakuasa Azza wa Jalla , kami tidak berpencar hingga kudanya tersungkur dan ia terlempar darinya; lalu kepalanya pecah dan ia pun mati.” [al-Mustadrak 3/99]
Demikianlah dongeng yang memperlihatkan bukti kekuasaan Yang Mahakuasa Azza wa Jalla yang di berikannya kepada Sa`d bin Abi Waqash berupa doa yang mustajab. Doa-doa yang secara eksklusif dikabulkan oleh Yang Mahakuasa Azza wa Jalla di muka bumi ini.
(Disadur dari kitab Ash-Shahîhul Musnad Min Fadhâilish Shahâbah, Dâr Ibnu Affân hal: 155,160-161. karya Abu `Abdillâh Musthafa bin al-Adawi dan sedikit suplemen dari Fathul Bâri)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl9 Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Fathul bâri , kitâbul adzân juz 2/ 658
[2]. Fathul bâri , kitâbul adzân juz 2/ 654
Tidak Ada Komentar