Ini Teriakan Terakhir Dn Aidit Sebelum Mati, Tanda Suul Khatimah?
Saturday, 27 January 2018
Add Comment
Yes Muslim - Sebagai pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI), DN Aidit dianggap sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas pengkhianatan G30S/PKI. Tidak hanya para jenderal jagoan revolusi, para ulama dan umat Islam juga menjadi korban pengkhianatan PKI.
Misalnya penyerangan Pondok Pesantren Al-Jauhar di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kediri, pada 13 Januari 1965. Sekitar jam 04:30 pagi, 128 penerima pembinaan mental Pelajar Islam Indonesia sedang membaca Al-Quran dan bersiap untuk Shalat Subuh. Tiba-tiba ribuan orang massa PKI bersenjata clurit dan lainnya menyerang masjid tersebut.
Massa yang beringas itu memasukkan Mushaf Al Alquran ke karung. Sebagian menginjak-injak kitab suci umat Islam tersebut.
Para penerima pembinaan kemudian diikat dan diancam senjata, serta diancam akan dibunuh. Untungya mereka tidak jadi dibunuh.
Sebelumnya, pada 1948, banyak Kyai dibunuh oleh PKI. Bahkan ada yang dikubur hidup-hidup dengan dimasukkan ke sumur bau tanah sesudah disiksa. Di antaranya yakni KH Imam Shofwan, Pengasuh Pesantren Thoriqussu'ada Rejosari, Madiun.
Tercatat banyak sumur bau tanah yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI, khususnya pada tahun 1948. Antara lain Sumur Tua Desa Soco Magetan, Sumur Tua Desa Bangsri, Sumur Tua Desa Cigrok, Sumur Tua Desa Kresek. Setidaknya tujuh sumur bau tanah telah ditemukan di Magetan, menyerupai dirilis Nahimunkar.
Namun, DN Aidit kemudian menuliskan buku putih yang memutarbalikkan pemberontakan PKI 1948. Lalu di bawah pimpinannya, PKI kembali memberontak pada 30 September 1965 yang populer dengan G30S/PKI.
Gagalnya G30S/PKI menciptakan Aidit melarikan diri. Ia bersembunyi di Kampung Sambeng, Solo, Jawa Tengah. Namun jadinya ditemukan dan ditangkap pada 22 November 1965.
Ketika ditangkap, Aidit sempat meminta rokok dan membawanya ke kawasan eksekusi. Menjelang eksekusi, Aidit minta waktu untuk orasi. Sekitar setengah jam ia berorasi dan mengakhirinya dengan teriakan “Hidup PKI!” dan itulah teriakan terakhirnya sebelum ditembak mati.
“Di simpulan pidatonya, Aidit kemudian berteriak "Hidup PKI!" Seruan itu menjadi undangan Aidit yang terakhir, alasannya sejurus kemudian, peluru pribadi menyusup ke balik daging-dagingnya,” tulis Okezone mengisahkan janjkematian pemimpin PKI.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai simpulan kesudahan orang-orang yang membantai kaum mukminin:
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin pria dan wanita kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (QS. Al Buruj: 10)
[Ibnu K/Tarbiyah.net]
Misalnya penyerangan Pondok Pesantren Al-Jauhar di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, Kediri, pada 13 Januari 1965. Sekitar jam 04:30 pagi, 128 penerima pembinaan mental Pelajar Islam Indonesia sedang membaca Al-Quran dan bersiap untuk Shalat Subuh. Tiba-tiba ribuan orang massa PKI bersenjata clurit dan lainnya menyerang masjid tersebut.
Massa yang beringas itu memasukkan Mushaf Al Alquran ke karung. Sebagian menginjak-injak kitab suci umat Islam tersebut.
Para penerima pembinaan kemudian diikat dan diancam senjata, serta diancam akan dibunuh. Untungya mereka tidak jadi dibunuh.
Sebelumnya, pada 1948, banyak Kyai dibunuh oleh PKI. Bahkan ada yang dikubur hidup-hidup dengan dimasukkan ke sumur bau tanah sesudah disiksa. Di antaranya yakni KH Imam Shofwan, Pengasuh Pesantren Thoriqussu'ada Rejosari, Madiun.
Tercatat banyak sumur bau tanah yang menjadi saksi bisu kekejaman PKI, khususnya pada tahun 1948. Antara lain Sumur Tua Desa Soco Magetan, Sumur Tua Desa Bangsri, Sumur Tua Desa Cigrok, Sumur Tua Desa Kresek. Setidaknya tujuh sumur bau tanah telah ditemukan di Magetan, menyerupai dirilis Nahimunkar.
Namun, DN Aidit kemudian menuliskan buku putih yang memutarbalikkan pemberontakan PKI 1948. Lalu di bawah pimpinannya, PKI kembali memberontak pada 30 September 1965 yang populer dengan G30S/PKI.
Gagalnya G30S/PKI menciptakan Aidit melarikan diri. Ia bersembunyi di Kampung Sambeng, Solo, Jawa Tengah. Namun jadinya ditemukan dan ditangkap pada 22 November 1965.
Ketika ditangkap, Aidit sempat meminta rokok dan membawanya ke kawasan eksekusi. Menjelang eksekusi, Aidit minta waktu untuk orasi. Sekitar setengah jam ia berorasi dan mengakhirinya dengan teriakan “Hidup PKI!” dan itulah teriakan terakhirnya sebelum ditembak mati.
“Di simpulan pidatonya, Aidit kemudian berteriak "Hidup PKI!" Seruan itu menjadi undangan Aidit yang terakhir, alasannya sejurus kemudian, peluru pribadi menyusup ke balik daging-dagingnya,” tulis Okezone mengisahkan janjkematian pemimpin PKI.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai simpulan kesudahan orang-orang yang membantai kaum mukminin:
إِنَّ الَّذِينَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيقِ
Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin pria dan wanita kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar. (QS. Al Buruj: 10)
[Ibnu K/Tarbiyah.net]
Terima Kasih sudah membaca, Jika artikel ini bermanfaat, Yuk bagikan ke orang terdekatmu. Sekaligus LIKE fanspage kami juga untuk mengetahui informasi menarik lainnya @Tahukah.Anda.News
Tidak Ada Komentar