Ads
Ads2

Miris! Ditanya Apapun Bocah Ini Menjawab Angka-Angka Dan Divonis Gangguan Jiwa Ternyata Penyebabnya Alasannya Yaitu Ambisi Dari Orangtuanya!

Medianda – Sahabat medianda Miris! Ditanya Apapun Bocah Ini Menjawab “Angka-Angka” Dan Divonis “Gangguan Jiwa” Ternyata Penyebabnya Karena “Ambisi” Dari OrangTuanya!



Kisah yang sungguh menciptakan hati miris ini tiba dari sebuah akun Facebook berjulukan Andi Teposs. Andi bercerita tentang

nasib malang yang harus dialami oleh seorang gadis kecil berusia 6 tahun. Dalam kisah itu tidak disebutkan siapa nama lengkap si anak. Tapi semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran yang berharga untuk para orangtua.

Berikut merupakan kisah yang dituturkan oleh Andi di Facebook :

Pelajaran berharga untuk yang punya cucu atau anak … Hari ini saya berkunjung ke sebuah rumah sakit, membezuk anak sobat saya yang sedang sakit. Teman saya ini seorang perempuan karir lulusan S2 dari sebuah universitas ternama. Anaknya ialah seorang anak perempuan yang cantik, umurnya gres 6 tahunan. Tak lupa saya membawakan sebuah boneka sebagai buah tangan…Waktu saya tiba ia eksklusif mengenali saya sebagai sobat mamanya ..



Bu Siti ya?”

“Iya “jawab saya, agak terharu alasannya ialah ia mengenali saya.

“Ayoo.. Bu Siti.. 42: 6, berapa?”

“Kalau do’a masuk kamar mandi?”
Kemudian ia menirukan gaya mengajar bu gurunya di kelas.

Ada senam bersama, kemudian ia menirukan gerakan senam versi ia kemudian menyanyikan lagu 5 x 5 =25, sehabis itu ia melafalkan doa sebelum makan.

 “Bu Siti ..ayo..buat kalimat.. saya pergi ke sekolah sehabis itu pulangnya ke mall, bisa?”

Lucu?? Pintar?? Cerdas??

Mungkin itu juga yang ada di benak teman- sobat dikala mengikuti celoteh anak perempuan sobat saya itu. Namun selama saya hadir disitu sang bunda terus menerus menyeka air matanya. Ya.. saya turut prihatin dengan penyakit yang sedang diderita oleh anaknya. Penyakit apakah itu? Yang niscaya bukan sembarang penyakit ibarat anak anak biasa, bukan demam, bukan batuk, dan bukan pilek. Jangan terkejut sobat teman… alasannya ialah saya berkunjung bukan di rumah sakit biasa, saya sedang berada di Rumah Sakit Jiwa… Ya… sebuah Rumah Sakit Jiwa di tempat Jakarta Timur. Apa yg bergotong-royong terjadi??

Minggu-minggu terakhir ini sang anak sangat suka menangis. Kalau ditanya apa saja…jawabnya sering ngelantur, “7” “24” : 6 = 4″, “how are you”, dan jawaban lain ibarat karakter hijaiyah. Kemudian ia menirukan gaya gurunya mengajar.

Menurut psikolog , anak ini terlalu di forsir..dia mengikuti les matematika dan k**** yang sasaran tugasnya 1 buku harus selesai 10 menit. Kemudian les Bahasa Inggris, terus PR sekolah, les mengaji dan lain-lain sehingga mengakibatkan anak terlalu jenuh. Si anak hanya mau bercerita sama psikolognya, tetapi kalau ditanya oleh orang lain jawabannya angka-angka, Bahasa Inggris atau pelajaran mengaji. Kaprikornus ia menirukan gaya gurunya, dan kalau bertemu orang yang menggunakan baju guru ia eksklusif tertekan.

Yang lebih mengharukan lagi, dikala melihat sang bunda menangis, si anak cuma bilang, “Bunda jangan nangis..aku kan pinter..tapi saya ga mau tidur sama bunda yaa..aku maunya sama dokter ganteng atau anggun aja..” Dia memang tinggal di kamar VIP… jadi memang ada dokter yg menemani sehari-hari. Dan ternyata ada 5 anak kecil yang masuk rumah sakit jiwa itu.. tapi ia yg paling kecil…sisanya umur 12 tahunan.. alasannya ialah broken home.. Hanya ia sendiri yang mengalami gangguan jawaban terlalu banyak tekanan belajar..

Sungguh kasihan…

Pelajaran berharga untarga untuk para orang bau tanah semoga tetap memperhatikan tahapan perkembangan anak, usia Taman Kanak-kanak ialah usia bermain, belajarpun harus melalui permainan dan jangan korbankan belum dewasa kita alasannya ialah AMBISI kita sebagai orangtua. Biarkan mereka bermain dan berikanlah kenangan masa kecil yang terindah untuk mereka….

Ayah bunda… renungkanlah… menyekolahkan anak bukan alasannya ialah ingin dipuji orang, “O anaknya sekolah di sekolah favorit”, tapi selalu bertanya pada anak saya “seneng nggak sekolah di situ, nyaman nggak teman-teman dan gurunya?”, alasannya ialah yang sekolah anak kita… bukan kita.”

Itulah kisah yang dituturkan oleh Andi perihal seorang anak perempuan yang mengalami gangguan jiwa jawaban terlalu dituntut untuk belajar. Semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran untuk kita semua.




Sumber: Postshare

Tidak Ada Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel