Kisah Nyata: Tendang Ibu Dikala Sholat, Lelaki Ini Bangun Dengan Satu Kaki Sampai Final Hayat
Sunday, 4 December 2016
Add Comment
Medianda – Sahabat medianda durhaka kepada kedua orang renta yakni merupakan dosa besar, sudah merupakan kewajiban seorang anak selalu berbuat baik kepada bapak dan ibunya.
“Dan kami wasiatkan (perintahkan) kepada insan semoga berbuat baik kepada kedua ibu-bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan letih dan payah. Dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)
Demikian, melalui firmanNya telah Tuhan perintahkan kepada insan untuk berbuat baik terhadap kedua orang tuanya, terutama ibu. Sebab ia telah mengandung, diiringi rasa letih dan payah selama sembilan bulan lamanya, hingga datang masa persalinan dimana seorang ibu berjuang merintih mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan buah hatinya ke dunia.
Baca Juga
- Hati - Hatilah Dalam Berkata ...!! Seorang Perjaka Alay Berdoa Di Fb Dan Allah Eksklusif Mengabulkanya.
- Ibunda Asmirandah Bikin Legalisasi Mengejutkan: Anak Aku Menangis 2 Rumah Dijual Untuk Lunasi Utang Suami
- Allahu Akbar !! Video Burung Nuri Bubuk Afrika Yang Dapat Dzikir Dan Ucap Basmalah
- Tutorial dan Template Blogger
Menyadari besarnya pengorbanan dan jasa kasih ibu yang tak ternilai harganya itu, maka tidaklah patut bila kita hingga hati untuk berbuat durhaka kepadanya. Orang – orang yang tega melukai dan berbuat dzalim terhadap ibunya, yakni orang – orang yang tidak bersyukur dan buta akan jasa – jasa ibu yang telah mengandungnya selama ini. Maka tak pelak, bilamana Tuhan kemudian menimpakan adzab yang pedih bagi orang – orang yang demikian.
Sahabat medianda kisah – kisah konkret mengenai orang – orang yang telah berbuat durhaka terhadap ibunya telah banyak kita saksikan dalam sejarah, semenjak zaman Rasulullah hingga zaman modern kini ini. Umumnya mereka pada hasilnya tertimpa suatu kenelangsaan yang menyedihkan. Itulah jawaban yang Tuhan timpakan terhadap mereka. Seperti salah satu kisah yang terjadi di sebuah pinggiran kota Medan, Sumatera Utara berikut ini.
Sebut saja Ramli (nama samaran) yang tinggal bersama istri dan enam orang anaknya di sebuah kampung di Sumatera Utara. Salah satu anaknya yang mempunyai wajah tampan yakni berjulukan Rasim (nama samaran).
Menurut penuturan sahabat karibnya semenjak kecil, Ustadz Hasmar Manan, Rasim tumbuh sebagaimana umumnya anak – anak lain, ia ikut berguru sholat dan mengaji bersama.
“Saya ini temannya semenjak kecil, kami sekolah dan mengaji bersama – sama. Kebetulan di bersahabat rumah kami ada sungai, sehingga kami sering berenang kesana. Dia cendekia berenang,” dongeng ustadz Hasmar Manan wacana sahabat masa kecilnya itu.
Hingga menginjak usia dewasa, Rasim dikabarkan telah berguru ilmu kanuragan atau ilmu kesaktian. Menurut dongeng yang berkembang di masyarakat, ilmu yang dipejarinya yaitu ilmu perempuan. Hal ini tak pelak telah membawanya pada banyak perubahan yang agaknya kurang lazim. Bagaimana tidak, ia sering terlihat menggunakan bedak dan berdandan secara tak wajar. Sesungguhnya Rasim sendiri telah mempunyai roman tampan dan gagah, akan tetapi dandanan di wajahnya yang begitu mencolok dan kurang selaras dalam ukuran orang kampung kemudian menciptakan masyarakat setempat merasa terheran – heran.
Selain daripada itu, bahkan Rasim juga bermetamorfosis lelaki yang mempunyai perangai pongah dan sombong. Ia kerapkali murka dan bersiul – siul tatkala melihat orang yang melintas di ladang, celakanya ia juga murka ketika mendapati orang yang lewat di depannya tidak menunjukkan rasa hormat kepadanya.
Menurut masyarakat setempat, Rasim berguru ilmu kesaktian itu kepada seseorang di sebuah desa bersahabat kampungnya. Namun sayangnya, gurunya itu meninggal sebelum ilmu yang dipelajari Rasim kepada gurunya itu sempurna. Sehingga orang – orang menciptakan dugaan bahwa ilmu yang belum tepat itulah yang merubahnya menjadi sedikit bertingkah aneh.
Namun, rupanya sikap paling buruknya yang kerapkali tampak di mata masyarakat setempat yakni lelaku bernafsu Rasim terhadap ibunya. Sejak mempelajari ilmu kesaktian itu, selain gemar berdandan dan bertingkah aneh, Rasim juga disinyalir telah mengalami kerenggangan kekerabatan dengan ibunya. Orang – orang kampung sering menjumpainya bersikap bernafsu dan semena – mena terhadap ibunya yang telah renta itu.
Sahabat medianda setiap hari, selalu ada saja sesuatu yang diminta Rasim, baik uang maupun makanan. Namun, celakanya bila permintaannya itu tidak terpenuhi, Rasim sanggup murka – murka dan tidak mau tahu akan kondisi ibunya.
Ramli selaku ayah Rasim sendiri telah letih mengatasi anaknya itu, ia heran akan sikap anaknya yang kini bernafsu dan begitu berani terhadap orang tuanya. Tidak sekali dua kali ia menasehati anaknya itu supaya tidak berbuat bernafsu lagi terhadap ibu dan saudara – saudaranya. Namun rupanya, petuah itu tak sedikitpun tak digubrinya. Malah Rasim semakin keras dan tak mau peduli, bahkan ia mulai berani melawan ayahnya.
Puncak kebejatan lelaku Rasim, yakni tatkala ia nekat menendang ibunya yang sedang melakukan shalat. Entah apa yang melatarbelakangi kenekatan lelaki durhaka itu, namun berdasarkan penuturan salah seorang warga, ketika itu Rasim gres saja pulang dari suatu tempat. Karena rasa lapar yang bergejolak di perutnya, ia pun berjalan ke dapur untuk mencari sesuatu untuk dimakan, namun tak ia dapati suatu masakan apapun di dapur. Dengan diselingi rasa kesal dan marah, Rasim kemudian bergegas mencari ibunya hingga kemudian ia dapati perempuan itu sedang melakukan shalat. Tanpa pikir panjang, lantaran rasa kesal yang membuncah, lelaki itu pun tega menendang ibunya dari belakang. Perempuan itu lantas tak berdaya, ia tersungkur dan merintih kesakitan. Setelah puas melihat ibunya meringis, lelaki durhaka itupun berlalu pergi tanpa sedikitpun merasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya.
Namun ada juga pendapat lain yang menyampaikan bahwa kekejaman Rasim menendang ibunya disebabkan lantaran permintaannya yang tidak dipenuhi.
“Ada beberapa kali ia bersikap bernafsu terhadap ibunya. Bahkan pernah dilihat oleh mata adiknya sendiri , emaknya lagi shalat ditunjang. Adiknya lihat kadang – kadang kalau minta duit atau keinginannya tidak dipenuhi ia marah.” Ujar Ustadz Hasmar Manan.
Semenjak insiden itu, ketaknormalan pun mulai muncul pada diri Rasim. Ia terlihat seolah – olah pikirannya telah kacau, anehnya lagi ia bermetamorfosis pribadi yang aib dengan semua orang. Tiapkali hendak bertemu dengan seseorang, ia selalu berlari menghindar. Hingga pada suatu hari, ibunya pun meninggal dunia. Rasim semakin banyak duka dan bengong menyerupai kebingungan. Bahkan jikalau ada orang yang mendekat menyapanya, Rasim tidak membalas sepatah katapun, kecuali bungkam seraya melanjutkan pelamunannya.
Waktu kian berjalan. Rasim terlihat semakin menyedihkan sekaligus memprihatinkan. Lelaki berusia 30an itu kerapkali terlihat bangkit di depan pintu menyerupai menunggu sesuatu. Lebih anehnya lagi, ia kerapkali terlihat bangkit menggunakan satu kaki saja, sementara kaki yang lainnya ia angkat dan ia sandarkan ke kaki yang digunakannya untuk bangkit menopang seluruh badannya. Jika lelah, ia pun menopang tubuhnya menggunakan kaki sebelumnya ia sandarkan ke kaki penopangnya. Hal ini terus – menerus berlangsung secara bergantian dari kaki kiri ke kaki kanan selama lima belas tahunan lamanya.
“Kadang – kadang ia mengantuk, kemudian jatuh. Tapi ia segera bangkit lagi, ia tidak mau masuk ke rumah. Selama sekitar 15 tahun ia menyerupai itu terus.” Cerita Ustadz Hasmar Manan.
Warga setempat heran melihat tingkah laris Rasim, tentu saja mereka mengaitkan apa yang menimpa Rasim dengan perbuatannya dahulu menendang ibunya yang sedang sholat. Mereka beranggapan bahwa mungkin agaknya meski Rasim masih mempunyai kedua kakinya yang utuh, namun sejatinya Rasim hanya mempunyai satu kaki saja. Sebab kedua kakinya itu tak sanggup dipakainya secara bersamaan melainkan harus bergantian, hingga lelaki itu pun hanya sanggup bangkit menggunakan satu kaki. Mungkin inilah pembalasan yang ditimpakan Tuhan kepada lelaki durhaka itu.
Sahabat medianda demikianlah sikap Rasim, tiap hari selama bertahun – tahun lamanya ia masih terpaku bangkit dengan satu kakinya di depan pintu. Ia sama sekali tak pernah beranjak dari tempatnya itu, makan, minum, buang air dan segala acara lain pun ia lakukan di kawasan yang sama. Akibatnya, kakinya pun membengkak. Melalui apa yang menimpa Rasim, mungkin barangkali Tuhan hendak menampakkan kepada kita akhir dan jawaban yang diperoleh orang – orang yang berbuat durhaka terhadap ibunya. Hal ini bukan lain supaya kita sanggup memetik hikmah dan pejaran yang patutnya sanggup kita jadikan iktibar supaya tidak mengalami hal yang sama.
Kabar mengenai adzab yang diterima Rasim hasilnya merebak ke seluruh penjuru kota Medan, Sumatera Utara. Hal ini sempat menciptakan pegawapemerintah pemerintah setempat merasa aib lantaran di kabupaten tersebut hendak diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Alquran tingkat Sumatera Utara. Dengan hal ini, kemudian pihak pegawapemerintah pemerintah setempat sempat mencoba membawa Rasim ke Rumah Sakit untuk menjalani pengobatan. Namun nampaknya perjuangan ini sia – sia, penyakit yang diderita rasim tak lagi sanggup sembuh hingga Rasim pun kembali ke tempatnya semula dan kembali bangkit mematung menggunakan satu kakinya. Demikian yang Rasim lakukan selama lima belas tahun lamanya hingga tamat hayatnya.
Masya Allah, semoga kita semua sanggup mengambil pelajaran dari kisah diatas. Aamiin.
Postshare
Tidak Ada Komentar