Ads
Ads2

Tidak Ada Rumah Tangga Yang Tanpa Ujian

Medianda – Sahabat medianda Semua pasangan tentu ingin rumah tangganya kelak menjadi rumah tangga yang sakinah, namun perlu diingat dan diketahui bahwa rumah tangga sakinah bukanlah yang terbebas dari ujian. Rumah tangga sakinah yaitu yang bisa menghadapi ujian bersama seraya berpegang teguh pada syariat-Nya.



Seorang artis lawas yang sekarang telah paruh baya, pernah diundang di sebuah program talkshow di TV swasta nasional. Ia telah mengalami tiga kali pernikahan. Pernikahan pertama dan kedua kandas di usia yang terbilang singkat, di mana usia sang artis juga masih belia. Di ujung acara, sang artis meninggalkan pesan yang menciptakan penonton terhenyak.

“Kalau boleh menasihati, seandainya anak saya dalam pernikahannya mengeluhkan hal mirip saya dulu, maka saya akan menasihatinya untuk bersabar dan tidak perlu bercerai. Karena bahwasanya memang tak ada alasan untuk bercerai. Masalah itu bahwasanya muncul dari diri saya sendiri.”

Hakikat Ujian dalam Pernikahan

Sepanjang perjalanan ijab kabul yang tak mengenal batas, selama itu pula akan ada ujian datang. “Tak ada rumah tangga yang tanpa ujian,” tegas pemerhati keluarga dan konselor Jogja Family Center (JFC), Cahyadi Takariawan. Oleh alasannya itu, berdasarkan Cahyadi, dalam Islam, ujian rumah tangga yaitu keniscayaan dan tantangan yang harus dihadapi semua orang.

“Adakalanya ujian yaitu sarana peningkatan kualitas,” ujar Cahyadi. "Misalnya, dikala seorang istri menemui hal yang tidak menyenangkan dari suaminya, jangan gampang untuk berpikir pisah atau cerai." Sebab, berdasarkan Cahyadi, “Itu membuktikan lemahnya kesungguhan dalam menjaga keutuhan rumah tangga.”

Sahabat medianda ujian juga harus dipandang sebagai rahmat dari Tuhan swt. Karena tak ada insan yang lepas dari dosa, maka Tuhan tetapkan salah satu cara pencucian dosa insan dengan ujian-ujian yang diberikannya. Jika tak ada ujian, insan akan sulit bersyukur dan jarang terbersihkan dosanya.

“Tidak ada satu tragedi alam yang menimpa setiap Muslim, baik rasa capek, sakit, bingung, sedih, gangguan orang lain, resah yang mendalam, hingga duri yang menancap di badannya, kecuali Tuhan jadikan hal itu sebagai alasannya pengampunan dosa-dosanya,” (HR Bukhari).

Meski tak selalu, ujian dalam ijab kabul juga hadir sebagai bentuk teguran Tuhan swt terhadap pelanggaran di masa terdahulu. “Saya sangat yakin bahwa kebahagiaan itu adanya di dalam jiwa kita. Dan hanya Tuhan yang bisa menunjukkan rasa senang itu. Maka semua proses semenjak awal (niat dan caranya) harus selalu memenuhi tuntunan-Nya,” papar Cahyadi.

Islam, Landasan dan Solusi dalam Rumah Tangga

Islam yaitu landasan sekaligus solusi bagi banyak sekali persoalan, termasuk dalam rumah tangga. Jika kita menjadikan Islam sebagai satu-satunya solusi dalam menghadapi angin puting-beliung rumah tangga, maka di samping menuai pahala, juga menuntaskan kasus dan menguatkan cinta suami dan istri. Berikut cara Islami menyikapi ujian rumah tangga:


Husnuzhan kepada Allah

Seperti telah disinggung di atas, seyogianya ujian juga merupakan bentuk perhatian Tuhan kepada hamba-Nya. Firman Allah, “Boleh jadi kau membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kau menyukai sesuatu, padahal ia amat jelek bagimu. Tuhan swt mengetahui, sedang kau tidak mengetahui,” (QS Al-Baqarah: 216).


Qana’ah dan bersabar

Sahabat medianda ujian rumah tangga kadang tiba berupa keterbatasan atau bahkan keterpurukan ekonomi keluarga. Di sinilah sifat qana’ah (menerima apa adanya dalam hal kebendaan atau duniawi) sangat dibutuhkan. Ia yaitu diam-diam kebahagiaan, yang tidak menjadikan kesempitan duniawi sebagai sumber percekcokan apalagi perceraian.


Hindari caci maki dan kekerasan fisik

Konflik juga kepingan dari ujian rumah tangga. Rumah tangga tanpa konflik menyerupai masakan tanpa bumbu. Tapi bila bumbu terlalu banyak, masakan jadi tidak enak. Agar konflik tak semakin memanas dan berkepanjangan, hindari caci maki dan kekerasan fisik pada pasangan.

Cacian dan makian, terang Cahyadi, akan mengakibatkan luka batin yang lebih menyakitkan daripada kekerasan fisik, walau tidak mengucurkan darah. Meski begitu, kekerasan fisik juga amat tercela. Tindakan kekerasan fisik yang dilakukan dalam keadaan emosi akan sangat membahayakan keselamatan pasangan.

“Tidak pantas dua orang yang berhimpun atas nama cinta, saling melukai dan mencaci. Tidak patut hal tersebut dilakukan oleh insan yang bertakwa,” Cahyadi menegaskan.


Jangan menampakkan konflik

Salah satu imbas negatif media umum yaitu semakin mudahnya seseorang mengumbar masalahnya di muka umum. Sedang kesal dengan suami, ditumpahkan di Twitter,facebook,instagram dan lain sebagainya. Bahkan ada suami istri yang bertengkar dan saling melempar cacian di Facebook. Mereka tidak peduli pada sobat di jaringan mereka yang menonton ‘pertunjukan’ tersebut.

Menurut Cahyadi, konflik dengan pasangan semestinya dikelola di ruang privat sembari mencari solusi bersama, bukan diumbar melalui jejaring sosial. Sudah semestinya seseorang memiliki rasa malu bila aibnya diumbar. Selain itu, menampakkan konflik di muka umum, berpotensi memunculkan pihak ketiga yang berniat jahat dan ingin memperkeruh masalah.

Jika permasalahan atau ujian rumah tangga tiba berulang, berdamailah dengan ujian tersebut. “Karena dalam rumah tangga, setiap hari bertemu dengan orang yang sama. Wajar bila problem yang ditemukan sering kali berulang,” terang Cahyadi. Terakhir, Cahyadi berpesan, “Salah satu ujian dalam rumah tangga yaitu menyayangi orang yang sama dalam waktu lama.” Nah, tentu kita semua ingin lulus dalam ujian tersebut bukan?

Semoga bermanfaat.



Sumber: Ummi

Tidak Ada Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel