Baca Ini!! Ternyata Kenali Hartamu Hanya Sebagai Koin Bengkok Yang Engkau Temukan Di Jalan
Wednesday, 23 November 2016
Add Comment
Medianda – Sahabat medianda Membahas mengenai hal yang satu ini tentu sangat menciptakan insan antusias, lantaran tidak ada insan didunia ini yang tidak suka dengan hal ini ialah harta. Semua orang senang dengan yang namanya harta, tidak terkecuali, siapa pun dia. Tuhan menghadirkan rasa senang pada insan terhadap harta, dalam semua bentuknya.
Allah menyatakan, “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, kecintaan terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allahlah kawasan kembali yang baik” (Ali Imran 14).
Kita juga sanggup memperhatikan firman Tuhan di surat Al-Fajr ayat 20 “watuhibbunal maalaa hubban jamma” dan kau menyayangi harta dengan kecintaan yang berlebihan.
Sahabat medianda oleh lantaran itulah, sungguh banyak orang yang menyayangi hartanya bahkan hingga rela kehilangan teman bahkan keluarga hanya demi meraup pundi pundi harta semakin banyak. Jika memang ibarat itu, hentikan mulai hari ini dan kenali harta sebagai nikmat sekaligus ujian dari Tuhan SWT. Sehingga harta pun seakan koin bengkok yang ditemukan di jalan layaknya sebuah cerita berikut ini.
Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup usang ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan.
Anak-anaknya sudah usang tidak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah lantaran tak sanggup membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, ialah mendapat pekerjaan.
Ketika pria itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa ingin tau ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah bengkok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.
“Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti tawaran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar.
Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan beliau lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia sanggup berbagi beberapa rak untuk istrinya lantaran istrinya pernah berkata mereka tak punya kawasan untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, beliau memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan beliau melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.
Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menunjukkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata pria itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan sanggup menawarkannya mebel yang sudah jadi supaya dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang niscaya disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.
Di tengah perjalanan beliau melewati perumahan baru. Seorang perempuan yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si perempuan terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si perempuan menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.
Di pintu desa beliau berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada ketika itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, kemudian kabur.
Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin bengkok yang kutemukan tadi pagi”.
Sahabat medianda jika kita sadar kita tidak pernah mempunyai apapun, kenapa harus karam dalam kepedihan yang berlebihan?
Sebaliknya, sewajarnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Tuhan berikan pada kita, lantaran ketika tiba dan pergi kita tidak membawa apa-apa.
Sahabat medianda seorang mukmin semestinya sanggup memandang dan memakai harta sesuai perintah pemilik aslinya , Tuhan swt. Semoga kesenangan akan kita dapatkan, bukan hanya di dunia , tapi juga kesenangan dan kebahagiaan di akhirat. Amin. Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.
Sumber:Wajibbaca
Tidak Ada Komentar